Pemeriksaan fisik dan
diagnostik sistem percernaan
A. Pengkajian
Nutrisi
1. Antropometrik
Dalam
prakteknya, ukuran antropometrik yang bermanfaat dan sering dipakai adalah :
berat badan, tinggi ( panjang badan, lingkaran kepala, lungkaran lengan atas
tebal lipatan kulit) disamping itu masih ada ukuran antropometik yang lain,
tetapi hanya dipakai untuk keperluan khusus misalnya pada kasus-kasus dengan
kelainan bawaan atau untuk menentukan jenis perawakan ( somatotipe) diantara
ukuran tersebut :
1)
Lingkaran
dada, lungkaran perut, dan lingkaran leher
2)
Panjang
jarak antara dua titik tubuh seperti biatromial untuk leher bahu,
bitrothanterik untuk leher pinggul, botemporal untuk lebar kepala, dll
2. Berat
Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai
pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur.
Merupakan hasil dari keseluruhan p[eningkatan jaringan-jaringan tulang, otot,
lemak, dan cairan tubuh,dll. Merupakan indikator tunggal yang terbaik pada
waktu ini untuk keadaan gizi dan keadan tumbuh kembang. Di indonesia penggukuran berat badan
telah memasyarakatkan dengan digunakannya kartu menuju sehat (KMS) untuk
memonitoring pertumbuhan.
3. Tinggi
Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang penting,
keistimewaan adalah nilai tinggi badan meningkat terus, walaupun laju tumbuh
berubah dari pesat pada masa bayi muda. Kemudian melambat dan menjadi pesat
lagi ( grotspurt) pada masa remaja selanjutnya melambat lagi dengan cepatnya
kemudian berhenti dengan nilai tinggi maksimal pada usia 18-20 tahun. Tinggi
badan hanya menyusut pada usia lanjut. Oleh karena itu nilai tinggi dipakai
untuk dasar perbandingan terhadap perubahan-perubahan relative seperti nilai
berat dan lingkaran lengan atas. Peningkatan nilai rata-rata tinggi orang
dewasa suatu bangsa merupak salah satu indikator peningkatan kesejahteraan atau
kemakmuran, jika potensi genetik belum mencapai secara maksimal
4. Lingkaran
Kepala
Lingkaran kepala
mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Laju tumbuh pesat pada enam bulan
pertama bayi, dari 35cm disaat lahir menjadi 43cm pada 6 bulan. Laju tumbuh
kemudian berkurang hanya 46,5cm pada usia 1 tahun dan 49cm pada usia 2 tahun.
Selanjutnya berkurang menjadi drastis hanya bertambah 1cm sampai usia 3 tahun
dan bertambah lagi kira-kira 5cm sampai usia remaja atau dewasa. Oleh karena
itu manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas sampai usia 3tahun, kecuali
bila diperlukan seperti pada kasus hindrocepalus.
5. Lingkaran
Lengan Atas
Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
berpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan.
Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi atau keadaan tumbuh kembang pada
kelompok pra sekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11cm menjadi 16cm pada
usia 1tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1 – 3 tahun.
6.
Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskatuler merupakan
refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit yang mencerminkan kecukupan
energi. Dalam keadaan devisiensi lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal
jika masukan energi berlebihan. Dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya keadaan
gizi lebih, khususnya pada khasus obesitas.
Selain pengukuran antropometrik untuk menilai tumbuh kembang diperlukan
pemeriksaan tubuh yang lain terlihat pada tanda-tanda fisik lainya yaitu :
1)
Keseluruhan fisik : dilihat bentuk tubuh, perbandingan
bagian kepala tubuh, anggota.
2)
Jaringan otot : tumbuh kembang otot diperiksa pada
lengan atas pantat, dan paha dengan cara cubitan tebal.
3)
Jaringan lemak : diperiksa pada kulit dibawah triceps
dan subskapuler dengan cubitan tipis
4)
Rambut : diperiksa pertumbuhannya, warna, diameter (
tebal dan tipis), sifat (lurus / kriting ), dan akar rambut boleh dicabut /
tidak )
5)
Gigi-geligi : jadwal pertumbuhan gigi-geligi susu saat
eruksi, saat tanggal, dan pergantian / rupsi gigi –geligi permanen.
B. Pengkajian
Fisik
Pemeriksaan
fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan. Gunakan teknik inspeksi,
palpasi, dan auskultasi.
1. Inspeksi
Pengkajian fisik dimulai sejak pengumpulan riwayat kesehatan saat Anda
mengamati klien dan respons klien terhadap pertanyaan. Perhatikan manifestasi
distress pernapasan saat ini. Posisi yang nyaman, takipnea, mengap-mengap,
sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah
dan bibir dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Amati pola bicara,
berapa banyak kata atau kalimat yang dapat diucapkan sebelum mengambil napas
berikutnya. Perhatikan bau napas dan apakah ada sputum. Amati penampilan umum
klien, frekuensi serta pola pernapasan, dan konfigurasi torax. Pada pola
pernapasan mengamati kedalaman dan frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan
pada orang dewasa normal, adalah 12-18 kali/ menit, kedalaman dan iramanya teratur.
Peningkatan dalam frekuensi pernapasan disebut takipnea, peningkatan kedalaman
pernapasan disebut hipepnea. Peningkatan baik dalam frekuensi maupun kedalaman
dengan PCO2 rendah disebut sebagai hiperventilasi. Pada konfigurasi
thorax normalnya, diameternya anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter
lateral adalah C:2. namun demikian terdapat empat deformitas utama dada yang
berkaitan dengan penyakit pernapasan: bartel chest (dada tong), fannel chest
(pektus exavatum) pigeon chest (pektus karinatum) dan kifus koliosis.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di
atas atau di bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan
dinding dada. Palpasi dilakukan terhadap nyeri tekan, massa , lesi, ekskursi pernapasan, dan
fremitus vokalis. Palpasi langsung dilakukan dengan ujung jari (untuk lesi
kulit dan massa
subkutan) atau dengan kepalan tangan. Perlahan letakkan ibu jari tangan yang
akan mempalpasi pada satu sisi trachea dan jari-jari lainnya pada sisi sebelahnya.
Trachea biasanya agak mudah digerakkan dan dengan cepat kembali ke posisi garis
tengah setelah digeser. Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau
ulnar tangan. Palpasi dibarengi dengan inspeksi, terutama efektif dalam
mengkaji apakah gerakan, atau ekskursi toraks selama inspirasi dan ekspirasi,
amplitudonya simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya udara dalam
jaringan subkutan, nyeri tekan dinding dada, tonus otot, odem, fremitus
traktil, atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang
bicara. Palpasi dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang
menghasilkan vibrasi yang relatif keras (misal tujuh-tujuh). Vibrasi terkuat
teraba di atas area yang terdapat konsolidasi paru (misal pneumonia). Penurunan
fremitus taktil biasanya berkaitan dengan abnormalitas yang menggerakkan paru
lebih jauh dari dinding dada, seperti efusi plural dan pneumotoraks.
Temuan: pengertian tentang sifat fisik transmisi suara melalui
paru-paru dapat membantu dalam menginterprestasi temuan. Udara bukan penghantar
bunyi yang baik, namun benda padat adalah enghantar yang baik. Karena jaringan
mempunyai elastisitas dan tidak menggumpal menjadi nassa nonresonan. Dengan
demikian, peningkatan jaringan padat per unit volume paru akan meredamkan
bunyi. Pasien dengan konsolidasi lobus paru akibat pneumonia akan mengalami
peningkatan taktil tremitus di atas lobus tersebut.
3. Perkusi
Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan
mengetik dinding dada dengan tangan. Perkusi menentukan dinding dada dan
struktur di bawahnya dalam gerakan, menghasilkan vibrasi taktil dan dapat
terdengar. Pemeriksaan menggunakan perkusi untuk menentukan apakah jaringan di
bawahnya terisi oleh udara, cairan, atau bahan padat atau tidak. Pengetukan
dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai
dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, dan timpanik.
Perkusi biasanya dimulai dengan toraks posterior pasien dalam posisi duduk
dengan kepala fleksi ke depan dan lengan disilangkan di atas pangkuan. Posisi
ini aan memisahkan scapula dengan lebar dan memajan area paru lebih luas untuk
pengkajian. Perkusi kedua bagian atas bahu, temukan letak seluas 5 cm bunyi
resonan di atas kedua apeks paru lanjutkan ke bawah toraks posterior,
memperkuat area simetrik pada intervals sampai 6 cm. Jari tengah diposisikan
sejajar dengan iga-iga dalam spasium interkosis, jari-jari diletakkan dengan
kuat di atas dinding dada sebelum mengetuknya dengan jari tengah dari tangan
satunya, perkusi di atas permukaan scapula atau iga akan mengeluarkan suara
pekak.
Perkusi di atas dada anterior dilakukan dengan pasien dalam posisi
berdiri tegak dengan bahu ditarik ke belakang dan lengan disisi. Pemeriksa
memulai perkusi pada area supraklavikular dan dilanjutkan ke arah bawah, dari
spasium intercosta ke spasium intercosta. Pada pasien wanita mungkin ada
baiknya untuk menggeser letak payudara sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
yang menyeluruh. Torak anterior dan posterior diperiksa pada posisi telentang.
Jika pasien tidak mampu untuk duduk tegak, perkusi toraks posterior dilakukan
pada pasien dengan posisi miring.
Temuan: Ekskurasi maksimal diafragma dapat sebesar 8 sampai 10 cm (3
sampai 4 inci) pada anak muda yang sehat dan tinggi. Untuk kebanyakan orang,
ekskurasi maksimal diafragma biasanya 5 sampai 7 cm (2 sampai 2,75 inci).
Normalnya diafragma 2 cm lebih tinggi di sebelah tinggi di sebelah kanan
dibanding sebelah kiri karena posisi jantung dan hepar di atas dan di bawah
segmen kiri dan kanan diafragma secara berurutan. Peningkatan dalam tekanan
intra abdomen, seperti yang terjadi pada kehamilan atau asites, dapat
menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi dalam toraks.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop yang
sangat berguna dalam mengkaji aliran udara melalui pohon bronchial dan dalam
mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Auskultasi
untuk menentukan kondisi paru-paru, pemeriksa mengauskultasi bunyi nafas
normal, bunyi nafas tambahan dan bunyi suara.
Prosedur auskultasi
meliputi pemeriksaan yang menyeluruh mencakup auskultasi toraks anterior,
posterior, pasterior dan lateral. Auskultasi dilakukan sebagai berikut : Bagian
diafragma stetoskop diletakkan dengan kuat menekan dinding dada ketika pasien
bernafas perlahan, sedang sampai nafas dalam melalui mulut. Bagian dada
yang berhubungan diausklutasi dengan cara sistematis dari apeks ke
bagian dasar dan sepanjang garis midaksila. Urutan auskultasi dan posisi pasien
adalah sama dengan pemeriksaan perkusi. Penting artinya untuk mendengarkan dua
kali inspirasi dan ekspirasi penuh pada kedua lokasi anatomi untuk memastikan
intreprestasi valid dari bunyi yang didengar. Nafas dalam berulang dapat
mengakibatkan gejala hiperventilasi. (Misalnya kepala terasa melayang) dan
dapat dihindari dengan meminta pasien istirahat dan bernafas dengan normal satu
atau dua kali selama pemeriksaan. Umumnya bunyi nafas tidak terdengar pada
lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi nafas harus mendekati simetris
bila dibanding pada kedua paru.
1) Bunyi nafas
Bunyi nafas normal
diadakan oleh letaknya di atas area spesifik paru dan diidentifikasi sebagai
bunyi nafas vesikuler, bronchial dan bronkovesikuler.
Bunyi vesikuler
terdengar sebagai bunyi yang tenang, dengan nada rendah yang mempunyai fase
inspirasi panjang dan fase inspirasi yang sangat singkat. Bunyi ini normalnya
terdengar di seluruh bidang paru, kecuali di atas stermun atas dan antara
scapula.
Bunyi bronchial
biasanya terdengar lebih keras dan dengan nada yang lebih tinggi dibanding
bunyi vesikuler. Dalam perbandingan, fase ekspirasi lebih panjang dibanding
fase inspirasi. Bunyi bronchial terdengar di atas trakea.
Bunyi
bronkovesikuler terdengar di tas area bronkus besar, secara spesifik bunyi ini
dapat didengar antara scapula dan pada kedua sisi sternum. Bunyi nafas
bronkovesikuler mempunyai puncak sedang, fase inspirasi dan ekspirasi adalah
sama.
Sering ditemukan
bunyi bronchial dan branko vesikuler yang terdengar di segala tempat dan
paru-paru menandakan keadaan patologis, biasanya menunjukkan area yang
mengalami konsolidasi paru-paru
menandakan keadaan patologis, biasanya menunjukkan area yang mengalami
konsolidasi paru-paru (pnemonia) dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Kualitas dan
rutinitas bunyi nafas ditentukan selama auskultasi jika aliran udara menurun
akibat atelektasis atau efusi pleural atau obesitas memisahkan saluran udara
dari stetoskop, maka bunyi nafas tidak terdengar. Contoh pada pasien eufisema
bunyi nafas samar dan sering sama sekali
tidak terdengar. Jika terdengar, fase ekspiratori memanjang dan mungkin
menunjukkan rutonasui bersiul dengan puncak suara yang tinggi. Bunyi yang sama
terdengar pada penderita asma dan pada proses yang berkaitan dengan bronkokonstriksi
jelas.
2) Bunyi Adventisius
Bunyi adventisius
merupakan perubahan dalam bunyi nafas yang mungkin menandakan keadaan patologis
termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi nafas, peningkatan bunyi nafas
dan bunyi nafas saling mendahului yang diakibatkan adanya kondisi abnormal yang
mempengaruhi pohon bronchial dan alveoli dapat menghasilkan bunyi tambahan.
Peningkatan bunyi
nafas terdengar bila kondisi seperti alekteis dan pnemonia meningkatkan
ketebalan jaringan paru. Penurunan bunyi nafas terjadi bila transmisi gelombang
bunyi termasuk hiperinflasi paru, udara dan cairan dalam rongga pleural, nafas
lambat, peningkatan ketebalan dinding dada. Bunyi nafas tambahan disebabkan
oleh kondisi petologis yang menyebabkan berlebihan lendir, inflamasi jaringan, spasma
bronkus, obstruksi jalan nafas.
Bunyi tambahan
dibagi menjadi 2 kategori diskret, yaitu bunyi tidak kontinue (Krekels) dan
berirama kontinue (mengi). Krekels (sebelumnya disebut rales) adalah bunyi
halus dengan puncak tinggi, discontinue letupan yang terjadi selama inspirasi.
Bunyi tersebut dihitung dalam hubungannya dengan inspirasi. Krekels terjadi
sekunder terhadap adanya cairan dalam jalan nafas atau aluroli. Krekels halus
biasanya terdengar pada akhir inspirasi dan berasal dari alveoli, terdapat pada
pasien dengan penmonia interstisial atau fibrosis. Bunyi itu dapat dibuat lagi
dengan menggosokkan benang pada telinga seseorang. Krekels besar terdengar
parau dan basah dan bunyi ini dihasilkan pada bronki besar dan dapat terdengar
pada awal sampai mid inspirasi. Krekels dapat dihilangkan dengan batuk tapi
mungkin juga tidak. Krekels mencerminkan inflamasi yang mendasari pada sering
timbul pada kondisi seperti pnemonia, bronchitis, gagal jantung kongestif,
bronkeletasis, dan fibrosus pulmonal.
Mengi sonor (yang
sebelumnya disebut ronki) adalah bunyi gaduh yang mendalam dengan puncak bunyi
yang rendah yang terdengar terutama selama ekspresi dan disebabkan oleh gerakan
udara melewati jalan nafas trakebronkial yang menyempit. Penyempitan adalah
bunyi seperti bersiul, kontinue, berirama dengan puncak yang tinggi yang terdengar selama inspirasi dan ekpirasi
yang disebabkan penyempitan bronkolus dan berkaitan dengan bronkopasma, asma
dan penumpukan sekresi. Mengi dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Mengi
biasanya terdengar pada pasien asma, bronchitis kronis dan brokiektasis.
Friction rub terjadi
akibat inflamasi permukaan pleural yang mengakibatkan bunyi krekling, grating
yang biasanya terdengar baik selama inspirasi atau ekspirasi. Bunyi terdengar
cukup jelas dan dapat ditingkatkan dengan memberikan tekanan pada dinding dada
menggunakan bagian kepala stetoskop. Bunyi dapat ditirukan dengan menggesekkan
ibu jari dan jari telunjuk di dekat telinga. Bunyi grating dari friction rub
tidak dapat dirubah dengan membatukkan. Jika terdengar secara inspirasi, sulit
dibedakan dengan krekels, yang mungkin terdengar multipel yang terlalu sering
sehingga yang diduga adalah krekels. Friction rub terdengar sangat baik pada
permukaan anterior latebal bawah toraks.
3) Bunyi Suara
Bunyi suara
merupakan bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika pasien berbicara.
Vibrasi yang dihasilkan laring ditransmisikan ke dinding dada ketika vibrasi
tersebut melewati bronki dan jaringan olveolar. Bunyi suara dapat dikaji dengan
meminta pasien mengulangi kata “tujuh
puluh tujuh” atau “eee” sementara pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop pada
area dada yang berhubungan dari apeks ke bagian basal.
Bronkofoni
menggambarkan resonan vokal yang lebih mendalam dan lebih jelas dibanding bunyi
normal. Egofani menggambarkan bunyi suara yang mengalami penyimpangan. Bunyi
ini akan terdengar baik dengan meminta pasien mengulangi bunyi huruf e.
penyimpangan yang dihasilkan oleh konsolidasi membentuk bunyi menjadi lebih
jelas terdengar “a” daripada “e”.
Sering ditemukan
bronkofoni dan egofoni mempunyai signifikan yang hampir sama sebagai pernafasan
bronchial dengan peningkatan dalam fremitas taksil. Jika abnormalitas
terdeteksi harus dibuktikan dengan lebih dari satu metode pengkajian. Perubahan
taktil fremitus terdengar sangat halus dan data terlewatkan, tetapi pernafasan
bronkial dan bronkofoni dapat ditemukan dengan lebih keras dan jelas.
Pektoriloqu bisikan
adalah temuan yang sangat halus, terdengar hanya pada adanya konsolidasi yang
lebih tebal pada paru-paru. Keadaan ini tidak tampak pada fisiologi normal.
Signifikan ini sama seperti pada bronkofoni.
2.3
Pengkajian Diagnostik Pada Sistem Pernafasan
Pemeriksaan kultur
dan biopsy adalah prosedur yang paling sering di gunakan dalam menegakkan diagnosis
gangguan saluran pernafasan atas kultur. Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme yang menyebabkan aringitis. Selain itu tenggorok
juga dapat membantu dalam mengindetifikasi organisme yang menyebabkan infeksi
pada saluran pernafasan bawah.
Biopsi prosedur
biopsy mencakup tindakan mengeksisi sejumlah hasil jaringan tubuh. Dilakukan
untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring dan rongga hidung.
Dalam tindakan ini pasien mungkin saja mendapat anestesi lokal, topical / umum
tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
Pemeriksaan
diagnostik pada saluran pernafasan bawah sedikit lebih banyak dan lebih rumit
dibandingkan pemeriksaan diagnostik saluran pernafasan atas untuk pemeriksaan
diagnostik. Saluran pernafasan bawah akan dijelaskan dalam suatu kerangka
tentang apa yang akan dilakukan dan gambaran hasil yang didapatkan di dalamnya
mencakup pengkajian diagnostik status fungsional, anatomi dan spesium.
2.3.1 Pemeriksaan Radiologi
Toraks dan Paru-Paru
Pemeriksaan radiology memberikan
informasi mengenai :
1. Status sangkar iga, termasuk
tulang rusuk, pleura dan kontur diafragma dan jalan nafas atas
2. Ukuran, kontar dan posisi
mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, arota, modus limfe, dan
percabangan bronchial.
3. Tekstur dan tingkat penyebaran
udara dari parenkim, paru
4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi
lesi pulmonal termasuk kavitasi, area fibrosis dan daerah konsolidasi.
Pemeriksaan ronsen / radilogi dada
diindikasikan untuk :
1. Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan
oleh protes patologis seperti tumor, inflamasi, fraktur, akumulasi cairan/
udara
2. Menentukan terapi yang sesuai
3. Mengevaluasi kesangkilan pengobatan
4. Menetapkan posisi selang dan kateter
5. Memberikan gambaran tentang suatu proses
progesif dari penyakit paru.
Pemajanan standar untuk pemeriksaan ronsen adalah
:
1. Posterior – anterior (PA) – Sinar X –
menjalar melalui punggung ke bagian
depan tubuh
2. Lateral – sinar X menembus bagian samping
tubuh (biasanya sebelah kiri)
Selain pemeriksaan standar
mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk melihat bagian-bagian spesifik
dada.
Pemajanan tersebut termasuk :
1. Oblique – film sinar X diarahkan miring
dengan sudut spesifik
2. Lordotis – film sinar x dimiringkan dengan
sudut 45oC dari bawah untuk melihat kedua apeks paru
3. Dekubitus – film sinar x diambil dengan posisi pasien berbaring
miring (kiri / kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.
Prosedur :
Pemeriksaan ronsen dada
dilakukan dengan posisi berdiri / duduk tegak menghadap film sinar x. hantaran
gelombang sinar x ditembuskan dari posterior (posisi PA). Radiografi biasanya
diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan diafragma bergerak ke arah
bawah. Radiografi yang diambil saat ekspirasi kadang dilakukan untuk mengetahui
tingkat gerakan diafragma / untuk membantu dalam pengkajian dan diagnosa
pneumotoraks.
Perawatan Pra Prosedur
Jelaskan pada klien tentang
pemeriksaan ini pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri dan pemajanan pada
radiasi adalah minila. Klien harus melepas semua perhiasan dan pakaian dalamnya
mengenakan gaun. Kaji status kehamilan klien (untuk klien wanita), wanita hamil
seharusnya tidak boleh terpajan pada radiasi.
2.3.2 Pemeriksaan Ultrasonografi
Dalam pemeriksaan ini
terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan
ini relatif tidak membahayakan. Ultrasonografi toraks dapat memberikan
informasi tentang efusi pleura / opasitas dalam paru.
2.3.3 Computed Tomograph (CT)
CT digunakan untuk
mengidentifikasi masa dan perpindahan struktur yang disebabkan oleh neoplasma,
kista, lesi inflamasi fokal dan abses. CT scan dapat dilakukan dengan cepat
dalam 20 menit. Klien dipuasakan dan jelaskan bahwa pemeriksaan ini sering
membutuhkan media kontras. Karena media kontras biasanya mengandung yodium
(juga disebut zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai alergi terhadap
yodium, zat warna / kerang, ingatkan agar klien tidak bergerak selama prosedur.
2.3.4 Pemeriksaan Fluoroskopi
Fluoskopi tidak digunakan
secara rutin, namun hanya pad keadaan di mana dibutuhkan pengamatan toraks
kontinue. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk mengamati dada dan struktur
intratoraks selain itu juga digunakan untuk :
1. Mengamati diafragma saat insiprasi dan
eksposisi
2. Mendeteksi gerakan mediastrial selama nafas
dalam
3. Mengkaji jantung, pembuluh darah dan
struktur yang berkaitan
4. Mengindentisikasi abnormalitas esophagus
5. Mendeteksi masa mediastinal
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu 30 sampai 45
menit
2.3.5 Pemeriksaan Angiografi
Pulmonal
Pemeriksaan ini digunakan
untuk mendeteksi embolisme pulmonal dan berbagai lesi congenital dan didapat
pada pembuluh pulmonal. Sebelumnya
pasien mendapat suntikan bahan radiopaque melalui kateter ke dalam vena
sistemik, bilik kanan jantung, arteri pulmonal. Angiografi pulmonal mungkin
dilakukan untuk mendeteksi :
1. Abnormalitas congenital percabangan
vascular pulmonal
2. Abnormalitas sirkulasi vena pulmonal
3. Penyakit sirkulasi vena pulmonal
4. Efek destruktif dari efimisme
5. Keuntungan potensial reseksi untuk
karsinoma bronchogenik
6. Lesi pulmonal perifer
7. Luasnya trombo embolisme dalam paru-paru.
Prosedur :
Media kontras disuntikkan ke
dalam sistem vascular melalui kateter indwelling selama angiografi pulmonal,
kateter dimasukkan baik melalui perifer / langsung ke dalam arteri pulmonalis
besar dan salah satu cabangnya.
Perawatan
praprosedur
Jelaskan klien tentang
prosedur ini dan mengapa harus ada ijin tertulis dari klien. Pemeriksaan ini sedikit menimbulkan nyeri
dan pemajanan terhadap radiasi minimal.
2.4 Pengkajian Kemampuan Bernafas
Uji kemampuan bernafaskan
dengan mengukur frekuensi pernafasan, volume tidal ventilasi satu menit,
kapasitas vital, inspirasi kuat dan kompliens uji sangat penting bagi pasien
yang beresiko mengalami komplikasi pulmonal termasuk mereka yang harus
menjalani operasi dada atau abdomen harus menjalani anastesia yang lm mempunyai
penyakit pulmonaria / lansia. Pasien yang ekspansi dadanya terbatas karena
restrik aksternal seperti obesitas, distensi abdomen di mereka yang tidak mampu
untuk nafas karena pasca operatif atau seddsi akan menghirup dan menghembuskan
volume udara yang kecil disebut lumedital rendah. Ventilasi pada volume tidal rendah tanpa inflasi
nafas panjang dapat menghasilkan kola alveoiar atau atelektasis.
1. Frekuensi pernafasan
Orang dewasa normal yang
cukup istirahat bernafas 12 sampai 18 menit / menit kecuali nafas panjang
sesekali, pernafasan teratur.
-
Bradipne
/ pernafasan lambat, berkaitan dengan penurunan tekanan introkanial, otak,
takar lajak otak.
-
Takipned
/ pernafasan cepat nampak pada pasien prenumonia, edema pulmonal, asidosis
metabolic, septicemia, nyeri hebat, fraktur iga
2. Volume tidal
Volume pada setiap nafas
disebut volume tidal. Instrumen yang umumnya digunakan untuk mengukur volume
tersebut di tempat tidur adalah spirometer wright. Jika pasien bernafas melalui selang endotrakial
atau trakeostomi, spirometer langsung diletakkan pada selang tersebut dan
volume yang dihembuskan didapatkan hasil dari alat ukur. Volume tidal normal
kira 0 sampai 10 ml kg berat badan
3. Ventilasi satu menit
Volume tidal dan frekuensi
pernafasan sangat penting keduanya menentukan ventilasi satu menit, yang
berguna dalam mendeteksi gagal pernafasan. Ventilasi satu menit (VE) adalah
volume udara yang dihembuskan per menit. Volume sebanding dengan hasil volume
tidal (VT) kecepatan pernafasan atau frekuensi F berdasarkan dengan rumus
sebagai :
VE = VT x F
Dalam prakteknya ventilasi
satu menit tidak dihitung tetapi diukur langsung menggunakan spirometer
ventilasi satu menit mungkin diturunkan oleh berbagai kondisi yang menghasilkan efek berikut :
1) Pembatasan impus neurologis yang
ditransmisikan otak ke otot-otot pernafasan seperti trauma medulla spinalis,
stroke, tumor
2) Penekanan pusat pernafasan pada medulla,
seperti anesthesia dan takar idjuk obat
3) Pembatasan gerakan toraks, perbatasan
gerak paru (efusi pleuran pneumatoraks) mengurang jaringan paru fungsional
(penyakit pulmonal kronis, edemia pulmonal berat.
4. Kapasitas vital
Kapasitas vital diukur
dengan meminta pasien bernafas maksimal dan menghembuskan dengan penuh melalui
pirometer. Nilai normal tergantung pada usia, jenis kelamin, bentuk tubuh dan
berat badan.
Sebagian besar pasien dapat
menimbulkan kapasitas vital dua kali volume yang biasanya mereka hirup dan
hembuskan (Volumetidal). Jika
kapasitas vital kurang dari 10 ml per kg berat badan, pasien tidak mampu
mempertahankan ventilasi spontan akan dibutuhkan pernafasan bantuan.
5. Inspirasi kulit
Inspirasi kuat tidak
membutuhkan kerja sama pasien dan karenanya berguna pada pasien yang tidak sadar,
peralatan yang digunakan :
1) Manometer yang mengukur tekanan negatif
2) Adapter yang disambungkan pada masker
anestesi atau cuff selang endrotrakeal
2.4.1 Fungsi Pernafasan Jalan
Nafas Atas
- Hidung
dan Sinus
a. Pemeriksaan hidung dan sinus dengan
palpasi dan inspeksi
b. Untuk pemeriksaan cukup dengan cahaya yang
sederhana akan tetapi untuk pemeriksaan yang lebih menyeluruh, memerlukan
speculum hidung
c. Hidung eksternal diinpeksi terhadap lesi,
asimetri dan inflamasi
Caranya :
a. Pasien diinstruksikan mendongakkan kepala
ke belakang
b. Pemeriksa dengan perlahan mendorong ujung
hidung ke atas untuk memeriksa struktur internal hidung
c. Mukosa diinspeksi terhadap warna,
pembengkakan, eksudat, ataupun perdarahan
-
Septum
diinspeksi terhadap deviasi, perforasi atau perdarahan
-
Sinus
frontalis dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan. Palpasi menggunakan
ibu jari dengan menekan gerakan ke atas pada tepi sinus frontalis dan pada area
yang berbatasan dengan hidung (sinus maksilaris)
- Faring
Caranya :
Pasien diinstruksikan untuk
membuka mulut lebar-lebar dan nafas dalam lalu inspeksi lidah, tousil, uvula
dan faring posterior. Struktur ini diinspeki warna, kesimetrisan, ulserasi,
pembengkakan.
- Trakhea
a. Pemeriksaan trachea ini dengan palpasi
Caranya : Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk
dari satu tangan pad kedua sisi trakea tepat di atas takik terneem
-
Trakea
agak sedikit sensitif dan bila dipalpasi terlalu kuat dapat menimbulkan reflek
batuk atau muntah
-
Trakea
pada normalnya berada di tengah
2.4.2 Fungsi Pernafasan
2.4.2.1 Uji Fungsi Pulmonal
Uji fungsi pulmonal
dilakukan untuk mengukur volume paru, mekanisme paru dan kemampuan difusi paru.
Uji fungsi ini digunakan untuk :
1. Skrining penyakit pulmonal
2. Evaluasi preoperative
3. Mengevaluasi kondisi untuk melakukan penyapihan
dari ventilator
4. Pemeriksaan fisiologi pulmonal
5. Mendokumentasikan kemajuan penyakit
pulmonal atau efek terapi
6. Meneliti efek latihan pada fisiologi
pernafasan
Uji fungsi pulmonal ini
dengan menggunakan spirometer yang mempunyai alat pengumpul volume yang
dilekatkan pada alat perekan yang menunjukkan volume dan waktu secara
bersamaan. Selain itu bisa
juga dengan transmitter data
2.4.2.2
Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pemeriksaan ini mengkaji
tingkat di mana paru-paru mampu untuk
memberikan O2 yang kuat dan membuang CO2 serta tingkat di
mana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengekspresikan ion-ion
bikarbonat untuk mempertahankan PH darah normal.
Gas darah arteri didapatkan
melalui pompa arteri pada arteri radilis, brankialis atau femoralis dengan melalui
kateter arteri indwelling.
2.4.2.3
Oksimeter Nadi
Yaitu metode pemantauan
secara kontinue terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2).
Oksimetri ini sangat efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan mendadak
atau perubahan kecil saturasi oksigen.
Pemeriksaan ini menggunakan
alat sensor (probe) yang dilekatkan pada ujung jari, dahi, daun telinga atau
tulang hidung. Nilai norma SaO2 adalah 95% - 100%. Di bawah 85%
menandakan bahwa jaringan tidak mendapat cukup O2 dan pasien
membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
2.5 Prosedur Endoskopi
2.5.1 Bronkoskopi
Bronkoskopi ialah inspeki
dan pemeriksaan langsung terhadap laring trakea, dan bronki baik melalui
bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang scope serat optik.
Tujuan bronkokopi dignostik :
1. Untuk memeriksa jaring atau mengumpulkan
sekresi
2. Untuk menentukan lokasi dan keluasan
proses patologi
3. Untuk menentukan apakah suatu tumor dapat
diveseksi atau tidak melalui tindakan bedah
4. Untuk mendiagnosa tempat perdarahan
Bronkoskopi terapeutik digunakan untuk :
1. Mengangkat benda asing dari bahan
trakeobronkial
2. Mengangkat sekresi yang menyumbat
trakeobronkial
3. Memberikan pengobatan pasca operatif dalam
atelektasis
4. Menghancurkan dan mengeksisi lesi
Pemeriksaan Bronkoskopi ini
dilakukan dengan memasukkan bronkokopi ke dalam trakea dan bronchi. Bronkoskopi serat optik adalah broncoskop
yang tipis dan fleksibel yang dapat diarahkan ke dalam bronki segmental.
Sedangkan bronkoskop kaku adalah selang logam berongga dengan cahaya pada
ujungnya. Bronkoskop
pada jenis ini digunakan terutama untuk mengangkat benda asing.
2.5.2 Torakoskopi
Torakoskopi ialah
prosedur diagnostik di mana evitas pleural diperiksa dengan suatu endoskop.
Torakoskopi itu terutama diindikasikan pada evaluasi diagnostik efusi pleural,
penyakit pleural dan penangkapan tumor.
2.6 Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum
biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Perhatikan dan catat
volume, konsistensi, warna dan bau sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup :
1. Pewarnaan Gram, memberikan informasi tentang
organisme yang cukup untuk menegakkan diagnosa presumatif
2. Kultur sputum, mengidentifikasikan organisme
spesifik untuk menegakkan diagnosa definitive
3. Sensitivitas, berfungsi sebagai pedoman terapi
antibiotik dengan mengindetifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan
organisme yang terdapat dalam sputum
4. Basil Tahan Asam (BTA), menentukan adanya mikrobkterium
tuberkolosis
5. Sitologi, membantu mengindetifikasi
karsinoma paru
6. Kuantitatif, pengumpulan sputum selama 24 jam –
72 jam
Pengumpulan Sputum :
1. Klien yang kesulitan dalam
pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat
mengalami dehidrasi
2. Kumpulkan sputum sebelum makan
3. Instruksikan sputum sebelum makan
4. Instruksikan klien untuk berkumur
sebelum mengumpulkan spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum
2.7 Torasentesis
Torasintesis ialah pemasukan jarum
ke dalam spasium pleural. Indikasinya:
Pengangkatan cairan pleural untuk
tujuan diagnostik
-
Pemeriksaan
untuk mengetahui berat jenis, jumlah sel darah putih, hitung banding sel,
jumlah darah merah, konsentrasi protein dan amilase.
2.8 Blopsi Pleura
Biopsi pleural dapat
dilakukan melalui insisi torakotomi kecil secara bedah atau selama torasintesis
menggunakan jarum cope. Biopsy jarum berguna untuk menentukan efusi pleural
Persiapan dan posisi klien
untuk biopsy pleural serupa dengan persiapan dan posisi torasintesis. Pemeriksaan ini menimbulkan nyeri
dan klien harus dim tak bergerak. Pemeriksaan ini membutuhkan eaktu 15 – 30
menit.
2.9 Prosedur Diagnostik
Radiostop (Pemindaian Paru)
2.9.1
Pemindaian Paru Perfusi
Dilakukan dengan menyuntikkan agen radioaktif ke dalam vena perifer
kemudian dada, tubuh lainnya dipindai untuk mendeteksi radiasi. Prosedur ini
digunakan untuk melacak dan mengukur perfusi melalui paru dan digunakan untuk
mengukur integritas pembuluh pulmonal relatif terhadap aliran darah dan untuk
mengevaluasi abnormalitas aliran darah.
Pada waktu pemeriksaan, pasien instruksikan untuk berbaring di bawah
kamera pencitraan 20 – 40 menit dengan memakai masker yang menutupi hidung dan
mulut. Selama pemeriksaan pasien tidak boleh bergerak.
2.9.2
Pemindaian Ventilasi
Pemindaian ini dilakukan telah pemindaian perfusi. Pasien melakukan
nafas dalam untuk menghirup oksigen dan gas radioaktif (xenon, krypton) yang
berdifusi ke seluruh paru.
Prosedur ini mungkin bermanfaat untuk mendiagnosa bronchitis, asma,
fibrosis inflamatori, pneumonia, emfis ema dan kanker paru.
2.9.3 Pemindaian Luhalasi
Dilakukan dengan menggunakan
/ memberikan droplet bahan radioaktif melalui ventilator tekanan positif.
Pemindaian ini bermanfaat terutama dalam menvisualisasi trakea dan jalan nafas
besar.
2.9.4 Pemindaian Gallium
Digunakan untuk mendeteksi
kondisi-kondisi inflamatori, abcess, adesi dan keberadaan, ukuran tumor.
Pemindaian ini digunakan untuk memberi tahapan kanker bronkogenik dan mencatat
regresi tumor setelah kemoterapi atau radiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar